Chapter 2
Manusia Beruntung
Memulai
menjalani kehidupan yang baru. Yang bisa berpenghasilan sendiri. Dengan rasa
bangga orang tuaku disana. Aku mencoba menikmati dunia ini. Aku mencoba
beradaptasi dan berbaur dengan sesame rekanku. Aku mulai mendekati semua. Aku
mulai merasakan sedikit kebahagiaan. Jerit payah selama ini haruslah
terbayarkan. Aku menjalani berbagai kegiatan di perusahaan tempatku bekerja
sekarang.
Berbeda. Kami
semua berada di level yang terlihat luar biasa. Mereka berasal dari perguruan
tinggi terbaik. Sedangkan aku? Hanya alumni perguruan tinggi swasta biasa.
Tidak banyak dikenal orang. Mulai lah rasa rendah diriku dari sini. Aku merasa
paling bodoh diantara semua yang ada disini. Aku mulai merasakan
ketidakpantasan keberadaanku bekerja di perusahaan ini.
Namun aku
memiliki teman baru. Setidaknya dia mengerti akan perasaanku. Aku mulai merasa
percaya diri kembali. Hingga akhirnya kami dipisahkan, aku ditempatkan sendiri
disini. Yah, beda tempat dari kantor pusat sebelumnya. Aku harus berada di
pekerjaan lapangan. Aku takut disini. Sendirian.
Aku hadapi
rasa takutku dengan memulai pekerjaanku. Awalnya semua berjalan baik. Semua orang
baik padaku. Semua fasilitas disini sudah terjamin. Jadi aku tidak perlu
memikirkannya. Kecuali satu. Aku tetap merasa tidak pantas bekerja disini. Aku
seperti tidak memiliki talenta di dunia ini. Aku bertahan.
Merasa
terasingkan. Merasa dipojokkan. Bahkan mereka mungkin menganggap, aku disini
karena keberuntungan. Mungkin mereka benar. Tetapi kalimat itu sama saja
menganggapku remeh, bukan? Tetapi aku menghiraukannya. Aku sadar diri, aku
bukan siapa-siapa disini. Aku hanya orang yang tidak berkecukupan, yang sedang
berusaha mencari kehidupan yang lebih baik. Apakah benar kehidupan yang sudah
kupilih ini bisa menjadi kehidupan yang lebih baik?
Apakah kamu
pernah merasakan di remehkan? Aku sering. Aku ingin membuktikan pada semuanya.
Aku bisa! Tetapi aku tidak mempercayai diriku sendiri. Akulah yang memberikan
stigma negatif itu pada diriku sendiri. Terkadang aku ingin menjadi yang
terbaik. aku ingin mengalahkan semua rekanku. Tetapi sepertinya itu sulit. Aku
bukan siapa-siapa. Aku hanya sebatang kara disini. Jikalau aku dipecat, aku
sangat memohon untuk tidak segera memecatku. Aku masih membutuhkan pekerjaan
ini. Aku belum memiliki apa-apa untuk ku berikan pada orang tuaku, keluargaku.
Aku hanya
menunggu di berhentikan dari sini. Setidaknya aku tidak perlu merasa bersalah.
Tetapi setidaknya, berikan aku waktu untuk memulai kehidupanku yang baru nanti.
Aku masih membutuhkan waktu. Tolong aku. Bersabarlah menghadapi sifat dan
egoku. Aku berjanji akan segera meninggalkanmu, dunia. Aku akan mengusahakan
yang terbaik yang bisa ku lakukan. Setidaknya ini yang bisa ku lakukan.
Banyak yang ingin merebut posisi ini. Mereka
menganggap, jika kau sudah bekerja di perusahaan besar, maka itu akan membuatmu
Bahagia. Tetapi tidak denganku. Aku terlalu rendah diri untuk itu. Aku tidak
mempercayai kemampuanku. Aku hanyalah manusia beruntung. Apa yang bisa ku
harapkan? Ku pikir tidak ada. Aku membencinya.