Senin, 09 Desember 2019

Dunia Palsu - by Risky Trijayanti

Chapter 2
Manusia Beruntung
Memulai menjalani kehidupan yang baru. Yang bisa berpenghasilan sendiri. Dengan rasa bangga orang tuaku disana. Aku mencoba menikmati dunia ini. Aku mencoba beradaptasi dan berbaur dengan sesame rekanku. Aku mulai mendekati semua. Aku mulai merasakan sedikit kebahagiaan. Jerit payah selama ini haruslah terbayarkan. Aku menjalani berbagai kegiatan di perusahaan tempatku bekerja sekarang.
Berbeda. Kami semua berada di level yang terlihat luar biasa. Mereka berasal dari perguruan tinggi terbaik. Sedangkan aku? Hanya alumni perguruan tinggi swasta biasa. Tidak banyak dikenal orang. Mulai lah rasa rendah diriku dari sini. Aku merasa paling bodoh diantara semua yang ada disini. Aku mulai merasakan ketidakpantasan keberadaanku bekerja di perusahaan ini.
Namun aku memiliki teman baru. Setidaknya dia mengerti akan perasaanku. Aku mulai merasa percaya diri kembali. Hingga akhirnya kami dipisahkan, aku ditempatkan sendiri disini. Yah, beda tempat dari kantor pusat sebelumnya. Aku harus berada di pekerjaan lapangan. Aku takut disini. Sendirian.
Aku hadapi rasa takutku dengan memulai pekerjaanku. Awalnya semua berjalan baik. Semua orang baik padaku. Semua fasilitas disini sudah terjamin. Jadi aku tidak perlu memikirkannya. Kecuali satu. Aku tetap merasa tidak pantas bekerja disini. Aku seperti tidak memiliki talenta di dunia ini. Aku bertahan.
Merasa terasingkan. Merasa dipojokkan. Bahkan mereka mungkin menganggap, aku disini karena keberuntungan. Mungkin mereka benar. Tetapi kalimat itu sama saja menganggapku remeh, bukan? Tetapi aku menghiraukannya. Aku sadar diri, aku bukan siapa-siapa disini. Aku hanya orang yang tidak berkecukupan, yang sedang berusaha mencari kehidupan yang lebih baik. Apakah benar kehidupan yang sudah kupilih ini bisa menjadi kehidupan yang lebih baik?
Apakah kamu pernah merasakan di remehkan? Aku sering. Aku ingin membuktikan pada semuanya. Aku bisa! Tetapi aku tidak mempercayai diriku sendiri. Akulah yang memberikan stigma negatif itu pada diriku sendiri. Terkadang aku ingin menjadi yang terbaik. aku ingin mengalahkan semua rekanku. Tetapi sepertinya itu sulit. Aku bukan siapa-siapa. Aku hanya sebatang kara disini. Jikalau aku dipecat, aku sangat memohon untuk tidak segera memecatku. Aku masih membutuhkan pekerjaan ini. Aku belum memiliki apa-apa untuk ku berikan pada orang tuaku, keluargaku.
Aku hanya menunggu di berhentikan dari sini. Setidaknya aku tidak perlu merasa bersalah. Tetapi setidaknya, berikan aku waktu untuk memulai kehidupanku yang baru nanti. Aku masih membutuhkan waktu. Tolong aku. Bersabarlah menghadapi sifat dan egoku. Aku berjanji akan segera meninggalkanmu, dunia. Aku akan mengusahakan yang terbaik yang bisa ku lakukan. Setidaknya ini yang bisa ku lakukan. 
Banyak yang ingin merebut posisi ini. Mereka menganggap, jika kau sudah bekerja di perusahaan besar, maka itu akan membuatmu Bahagia. Tetapi tidak denganku. Aku terlalu rendah diri untuk itu. Aku tidak mempercayai kemampuanku. Aku hanyalah manusia beruntung. Apa yang bisa ku harapkan? Ku pikir tidak ada. Aku membencinya.